Bijak Dalam Menggunakan Antibiotik

Mari Gunakan Antibiotik Secara Bijak

Mari Gunakan Antibiotik Secara Bijak, img
Bijak Dalam Menggunakan Antibiotik. Selamat bertemu dengan Kutipan Berita, sebuah blog sederhana yang menyajikan informasi terkini. Pada kesempatan ini Kutipan Berita kembali hadir dengan informasi seputar kesehatan yakni "Bijak Dalam Menggunakan Antibiotik". Tahukah anda manfaat dan dampak buruk dari penggunaan antibiotik ?. Anda pasti pernah mengkonsumsi antibiotik entah resep dari dokter atau membelinya sendiri di apotek. Antibiotik memiliki peranan penting dalam kesembuhan seorang pasien dari penyakitnya, namun perlu dicatat hal ini apabila sesuai dengan penyebab sakit yang dideritanya. Namun bagaimana bila penggunaan antibiotik ini disalah gunakan atau tidak sesuai dengan penyebab sakit yang ditimbulkan. Tentunya hal ini pun akan memberikan dampak yang tidak baik bagi pasien. Kehati-hatian seorang pasien amat diperlukan. Tanyakan dengan lebih teliti terhadap dokter yang meresepkan antibiotik kepada anda, apakah penyakit yang anda derita memang memerlukan antibiotik dalam proses penyembuhannya ataukah tidak. Simak kutipan berikut : Mari Gunakan Antibiotik Secara Bijak.


Mari Gunakan Antibiotik Secara Bijak


SEBAGIAN besar orang Indonesia masih sangat mempercayakan kesembuhan suatu penyakit pada antibiotik. Sehingga setiap sakit meski ringan pun orang tetap minum antibiotik.

Antibiotik adalah salah satu zat antibakteri. Antibiotik merupakan senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik. Dalam kadar rendah antibiotik mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Antibakteri termasuk ke dalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

Penyakit infeksi selain disebabkan oleh bakteri juga dapat disebabkan oleh virus, jamur atau parasit lain. Antibiotik yang ada di pasaran dan digunakan secara luas adalah antibiotik yang digunakan untuk mematikan bakteri sebagai penyebab penyakit sehingga tidak berguna sama sekali bila infeksi tersebut disebabkan oleh virus atau yang lainnya.

Terlalu sering minum Antibiotik dapat mengakibatkan resistensi antimikroba. Dimana mikroba atau bakteri yang dapat menimbulkan penyakit menjadi kebal terhadap obat yang diberikan yang mengakibatkan pengobatan menjadi lebih lama dan lebih sulit dilakukan.

Selain itu dewasa ini Antibiotik sangat mudah didapatkan, bahkan dijual bebas. Hal ini membuat masyarakat cenderung menggunakan Antibiotik secara tidak rasional sehingga segala penyakit diobati dengan Antibiotik tanpa pemahaman lebih lanjut mengenai penyebab penyakit tersebut.

Misalnya sakit sakit flu, batuk, pilek yang umumnya disebabkan oleh virus langsung meminum obat flu dan antibiotik yang dijual bebas padahal hal itu tidak perlu. Keadaan ini diperparah dengan dokter atau petugas kesehatan yang dengan mudahnya memberikan antibiotik terhadap pasiennya serta ketidakpatuhan pasien yang diberikan obat antibiotik.

Selain penggunaan pada manusia, ditemukan juga fakta bahwa antiobiotik digunakan pada peternakan dan perikanan. Hal ini juga sangat berbahaya, dengan penggunaan antibiotik yang tidak rasional, baik di perikanan, peternakan, maupun oleh manusia akan menyebabkan resistensi antimikroba. Penggunaan antibiotik tidak pada tempatnya, bahkan berlebihan tidak akan menguntungkan, justru merugikan dan membahayakan manusia.



Dengan semakin meningkatnya kasus penyakit yang makin kebal antibiotik membutuhkan perhatian serius para ahli mikrobiologi klinik, terutama untuk penanggulangan penyakit infeksi. Selain itu diperlukan pula penguatan sistem informasi dan laboratorium untuk mengimbangi kecepatan resistensi beberapa strain mikroba yang resisten. Bakteri Staphylococcus aureus,E coli, danK pneumoniaemerupakan contoh-contoh strain yang sebagian telah kebal terhadap Antibiotik.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan secara serius menangani resistensi terhadap antimikroba hal ini dibuktikan dengan diadopsinya Keputusan Pertemuan Menteri tahun 2014 tentang Antimicrobial Resistance Control Committee (ARCC). Di Indonesia ARCC dikenal dengan Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA), komite ini melibatkan berbagai ahli, baik di dalam maupun di luar lingkungan Kementerian Kesehatan, termasuk Persatuan/Asosiasi Profesi Kesehatan untuk menjawab tantangan.

Komite ini juga bertugas menyampaikan rekomendasi kepada Menteri Kesehatan untuk penyusunan kebijakan Program Pengendalian Resistensi Antimikroba dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan penanggulangan resistensi antimikroba.

Kementerian Kesehatan meminta seluruh jajaran Pemerintah di tingkat pusat dan daerah serta masyarakat segera melakukan upaya agar penggunaan antimikroba dilakukan dengan bijak sesuai indikasi, disertai dengan informasi yang jelas dan benar-benar dapat dipahami agar tidak sembarangan mengkonsumsi antibiotik tanpa resep dokter.

Keseriusan Pemerintah terhadap masalah resistensi terhadap anti mikroba ini ditegaskan Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. Nila F. Moeloek pada Pertemuan Tahunan WHO 2015 yang dilaksanakan belum lama ini "Melalui ARCC, Indonesia telah mengembangkan Strategi dan Rencana Aksi Nasional, secara komprehensif mengatasi masalah terkait kekebalan antibiotik, dalam 5 (lima) tahun ke depan, mulai dari upaya promosi dan pencegahan, di tingkat Puskesmas dan layanan Rujukan serta memperkuat kerjasama antarsektor. Indonesia juga secara terus menerus berusaha meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap AMR (Antimicrobial Resistence)."

Menkes juga menekankan, penerapan langkah-langkah pencegahan AMR memerlukan kepedulian dari semua pihak baik di tingkat national, regional dan global. Kepedulian ini harus dapat dilakukan melalui rangkaian proses dari pendidikan sampai kepada pelaksanaan. Indonesia baru mulai melaksanakan pendidikan dan peningkatan keterampilan tenaga kesehatan. Selain itu, peningkatan kepedulian juga dilakukan pada layanan kesehatan.

Tanpa kesadaran dan dukungan semua pihak termasuk masyarakat Indonesia akan mengalami kesulitan membangun program yang berkelanjutan untuk mengatasi kekebalan kuman terhadap Antibiotik di Indonesia. Selain penggunaan antibiotik yang bijak, diperlukan pula tindakan pencegahan penyebaran dari pasien yang terinfeksi bakter resisten ke lingkungan sekitarnya yaitu dengan cuci tangan. Gerakan cuci tangan tidak hanya diperlukan bagi tenaga pelayan kesehatan tapi juga masyarakat.

Sumber :  http://gayahidup.inilah.com

Demikian informasi terkini terkait Bijak Dalam Menggunakan Antibiotik, semoga bermanfaat.

Keywords :  Mari Gunakan Antibiotik Secara Bijak

No comments for "Bijak Dalam Menggunakan Antibiotik"