Salah Kaprah Pendidikan
-->
-->
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Selamat bertemu dengan kutipan berita, sebuah blog sederhana yang menyajikan informasi terkini dan pengetahuan. Pada kesempatan ini akan berbagi hikmah yaitu "Salah Kaprah Pendidikan". Anak adalah karunia yang diberikan Allah, anak adalah harta yang memberikan kebahagiaan, anak adalah permata yang memberi semangat dalam kehidupan. Namun, jangan lupa anak adalah tanggung jawab bagi para orang tua, yang kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Pendidikan pada sang buah hati adalah suatu keharusan bagi orang tua, sejak masih dalam kandungan hingga dewasa. Pendidikan yang seperti apa yang dicontohkan dalam Islam ?. Kenapa Ada Salah Kaprah Pendidikan ?. Simak wacana penuh hikmah berikut ini.
Salah Kaprah Pendidikan
Oleh M Husnaini
Sejenak
mari renungkan tugas kependidikan kita sebagai orangtua. Sudahkah
pendidikan kita untuk buah hati sesuai dengan konsep Islam atau justru
sebaliknya. Tentu memungut konsep dari luar Islam tidak salah. Tetapi
jika itu bertentangan dengan Islam, seharusnya dengan lapang dada kita
segera mengeliminisasinya.
Sebelum popular istilah parenting
dengan berbagai metodenya, Islam sudah memberikan panduan lengkap dan
aplikatif soal pendidikan dan pengasuhan anak. “Hai orang-orang beriman,
jagalah dirimu dan keluargamu dari neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan
mereka selalu mengerjakan segala yang diperintahkan-Nya” (At-Tahrim: 6).
Rasulullah
seakan mengonfirmasi ayat di atas, “Barangsiapa memiliki dua anak dan
diasuh dengan baik, maka mereka akan menjadi sebab orangtua masuk surga”
(Bukhari). Dan jika jeli membuka khazanah Islam, kita juga akan
menemukan kitab-kitab karya ulama Islam yang mengurai soal parenting.
Teori-teorinya tidak kalah canggih, bersandar pada dalil-dalil yang
accountable, dan sudah terbukti kebenarannya.
Islam memang
sangat lengkap memberikan tuntunan pendidikan anak. Sejak memilih
pasangan, saat anak dalam kandungan, usia balita, remaja, dan
seterusnya. Tetapi konsep-konsep parenting yang belakangan marak kerap
membuat banyak orangtua tergoda. Sepintas lalu memang tampak indah dan
mempesona. Tetapi cermatilah dengan saksama, konsep racikan bumbu ala
Barat itu sungguh mengidap banyak masalah. Tidak heran, canggihnya
konsep pendidikan seakan berpacu dengan kebobrokan moralitas anak bangsa
hari ini.
Data berikut membuat kita tercengang. Riset Divisi
Anak dan Remaja Yayasan Kita dan Buah Hati pada Januari hingga September
2012 menyebutkan, 84 persen dari 1.199 murid SD pernah melihat film
porno. Medianya adalah internet (21 persen), film atau VCD (14 persen),
komik (13 persen), iklan (8 persen), sinetron (5 persen), dan sisanya
dari HP, Facebook, Twitter, YouTube, dan Google juga tidak pernah steril
dari muatan pornografi.
Data Komnas Perlindungan Anak juga
menyebutkan, kasus tawuran pelajar sudah meningkat sejak enam bulan
pertama pada 2012. Bayangkan, sejak Januari sampai Juni 2012, sudah
terjadi 139 kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sementara pada 2011, ada
339 kasus tawuran. Jumlah anak perokok di bawah 10 tahun antara 2008
hingga 2012 mencapai 239.000 orang. Sementara yang berusia 10 hingga 14
tahun, ada 1.2 juta orang (Majalah Karima, Desember 2012).
Banyak
konsep pendidikan Barat yang memang salah kaprah. Misalnya, jargon
pendidikan berbasis HAM dan anti kekerasan. Dengan dalih HAM dan
kebebasan, mereka mengharamkan hukuman dengan kekerasan. Hukuman fisik
ke anak dalam rangka pendidikan disamakan dengan kekerasan ke sesama
orang dewasa atau preman. Hukuman fisik berarti KDRT, dan pelakunya
harus dipidanakan. Maka kerap kita lihat guru atau orangtua yang harus
berurusan dengan hukum dan kepolisian gara-gara menerapkan hukuman, yang
dianggap melanggar HAM dan kebebasan anak.
Islam tidak pernah
melegalkan kekerasan. Tetapi, pukulan tidak menyakiti yang diberikan
untuk mendidik jelas absah dilakukan. Semua gamblang dijelaskan, seperti
sebagai alternatif terakhir hukuman, tidak mengarah ke wajah, tidak
disertai emosi dan kebencian. Simak sabda Rasulullah, “Ajarilah
anak-anakmu shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah
mereka (jika tidak mau shalat) ketika berumur sepuluh tahun” (Abu
Dawud).
Tujuh tahun adalah masa pelatihan, karena anak umumnya
belum masuk usia baligh. Ketegasan mutlak dibutuhkan ketika anak sudah
mencapai usia baligh, rata-rata usia 10 tahun. Paksaan? Semua ibadah
mulanya memang butuh paksaan. Baru ketika anak memiliki kesadaran
matang, ibadah akan menjadi kebutuhan, seperti makanan dan minuman.
Rasulullah sendiri biasa menggantungkan cambuk di dinding rumah. Dalam
hadis yang dihasankan oleh Nashiruddin Al-Albani, “Gantungkanlah cambuk
di tempat yang bisa dilihat oleh anggota keluarga. Sungguh itu akan
menjadi pengajaran bagi mereka” (Shahihul Jami).
Salah kaprah
lain yaitu peniadaan perintah dan larangan dalam pendidikan. Ini
bertolak belakang dengan konsep Islam. Luqman adalah pribadi sukses di
bidang pendidikan. Ia dikaruniai ilmu dan kebenaran. Tutur katanya
mengandung hikmah dan menginspirasi banyak orang, sehingga namanya
diabadikan Allah dalam al-Quran. “Dan sungguh telah Kami berikan hikmah
kepada Luqman” (Luqman: 12).
Simak dawuh Luqman kepada anaknya!
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika ia memberi
pelajaran kepadanya, Hai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah.
Sungguh menyekutukan Allah itu benar-benar kezaliman besar” (Luqman:
13). Selanjutnya, Luqman bertutur, “Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah manusia untuk mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari
perbuatan mungkar, bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sungguh
yang demikian termasuk hal-hal yang diwajibkan. Dan janganlah kamu
palingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Luqman: 17-18).
Bukankah
dalam ucapan Luqman itu terdapat perintah dan larangan? Allah bahkan
berulang kali memerintah dan melarang kita. Yang taat perintah
dijanjikan pahala, yang melanggar larangan diancam siksa. Gamblanglah
perbedaan antara konsep Barat dan Islam. Dalam istilah Hamim Thohari,
prinsip Barat cenderung “serba boleh” sementara Islam “bebas
bertanggungjawab”. Barat mengedepankan “hak” sedangkan Islam menekankan
“kewajiban”.
Juga salah kaprah saat orangtua merasa puas dengan
hanya menitipkan anak ke sekolah. Dengan enteng mereka bilang, “Orang
rusak seperti saya juga ingin punya anak yang baik”. Menggelikan. Surah
At-Tahrim ayat 6 di atas tegas menyatakan, sebelum menyelamatkan anak,
orangtua harus selamat terlebih dahulu. Singkatnya, mendidik anak harus
dimulai dari mendidik diri. Kalimat bagus dari Imam Syafi’i patut
dicamkan, “Perbaikilah dirimu sebelum memperbaiki mereka, karena mata
mereka terikat padamu. Apa yang kamu lakukan, mereka anggap baik, apa
yang kamu tinggalkan, mereka anggap tidak baik”. Inilah tarbiyah bil
hal, pendidikan dengan teladan.
Salah kaprah yang lebih fatal
adalah ketika pola pikir anak hanya disetting bahwa belajar semata untuk
ilmu. Proses belajar tidak didasari iman. Lihatlah bagaimana kebanyakan
orangtua yang gelisah ketika anaknya tidak bisa Matematika, IPA, atau
ilmu bahasa. Dicarilah kursus-kursus untuk mengatasinya. Membaca
Al-Quran dan ibadah bukan fokus perhatian utama. Yang penting, anak
juara Matematika, IPA, dan bahasa. Soal Al-Quran dan ibadah, itu
pekerjaan mereka yang sekolah jurusan agama.
Beberapa salah
kaprah ini harus segera disadari. Bertambahnya ilmu harus otomatis
menambah iman. Kecintaan terhadap ilmu harus melahirkan kecintaan
terhadap agama. Bukan sebaliknya, justru semakin menjauhkan manusia dari
Tuhan.
Penulis adalah Pendidik di Pondok Pesantren
Al-Basyir Lamongan, dan Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Surabaya
Sumber : http://www.republika.co.id
Salah Kaprah Pendidikan diharapkan dapat menjadi masukan bagi para orang tua atau para calon orang tua. Luqman adalah salah satu contoh teladan yang wajib ditiru, ingat tiga amal yang tidak akan putus setelah meninggal dunia selain amal jariyah dan ilmu yang bermanfaat adalah anak yang sholeh yang mau mendoakan kedua orang tuanya. Wallahu a'alam bish showab, semoga bermanfaat.
Keyword : Salah Kaprah Pendidikan
No comments for "Salah Kaprah Pendidikan"
Post a Comment