Ibrahim Bin Adam Dan Pengembaraanya Mencari Allah
--> -->
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Selamat bertemu dengan kutipan berita, sebuah blog
sederhana yang menyajikan informasi terkini. Pada kesempatan yang baik ini akan
berbagi kisah teladan yaitu "Ibrahim Bin Adam dan Pengembaraannya Mencari
Allah". Bagaimana kisahnya ?. Berikut kisah Ibrahim Bin Adam dan
Pengembaraannya Mencari Allah, selamat membaca, mentelaah dan
selanjutnya menjadi pelajaran bagi kita semua, Ibrahim Bin Adam sebagai sosok
teladan yang patut dijadikan contoh.
Dia adalah raja di Balkh satu wilayah yang masuk dalam
kerajaan Khurasan, menggantikan ayahnya yang baru mangkat.
Sebagaimana umumnya kehidupan para raja, Ibrahim bin Adham
juga bergelimang kemewahan. Hidup dalam istana megah berhias permata, emas, dan
perak.
Suatu malam, ketika sedang terlelap tidur di atas dipannya,
tiba tiba ia dikejutkan oleh suara langkah kaki dari atas genteng, seperti
seseorang yang hendak mencuri.
Karena tidak menemukan jawabannya, sementara kegelisahan
hatinya semakin berkecamuk, ia mengajak prajuritnya berburu ke hutan, dengan
harapan beban di kepalanya sedikin berkurang.
Ketika ia berusaha bangun, tiba tiba seekor rusa melintas
di depannya. Segera ia bangkit, menghela kudanya dengan cepat sambil
mengarahkan tombaknya ke tubuh buruannya. Tetapi, saat dia hendak melemparkan
tombaknya, ia mendengar bisikan keras seolah memanggil dirinya, "Wahai
Ibrahim, bukan untuk itu (berburu) kamu diciptakan dan bukan kepada hal itu
pula kamu diperintahkan!"
Namun, Ibrahim terus berlari sambil melihat kiri kanan,
tapi tak seorang pun di sana, lalu ia berucap, "Semoga Allah memberikan
kutukan kepada Iblis!"
Dia pacu kembali kudanya. Namun, lagi-lagi teguran itu
datang. Hingga tiga kali. la lalu berhenti dan berkata, "Apakah itu sebuah
peringatan dari Mu? Telah datang kepadaku sebuah peringatan dari Allah, Tuhan
semesta alam. Demi Allah, seandainya Dia tidak memberikan perlindungan kepadaku
saat ini, pada hari hari yang akan datang aku akan selalu berbuat durhaka
kepada Nyal"
Setelah itu, ia menghampiri seorang penggembala kambing
yang ada tidak jauh dari tempat itu. Lalu memintanya untuk menukar pakaiannya
dengan pakaian yang ia pakal.
Berbulan bulan mengembara, Ibrahim tiba di sebuah kampung
bernama Bandar Nishafur. Di sana ia tinggal di sebuah gua, menyendiri,
berdzikir dan memperbanyak lbadah. Hingga tidak lama kemudian, keshalihan,
kezuhudan dan kesufiannya mulai dikenal banyak orang. Banyak di antara mereka
yang mendatangi dan menawarkan bantuan kepadanya, tetapi Ibrahim selalu
menolak.
Beberapa tahun kemudian, ia meninggalkan Bandar Nishafur,
dan dalam perjalanan selanjutnya menuju Makkah, hampir di setiap kota yang ia
singgahi terdapat kisah menarik tentang dirinya yang dapat menjadi renungan
bagi kita, terutama keikhlasan dan ketawadhuannya.
Pernah satu ketika, di suatu kampung Ibrahim kehabisan
bekal. Untungnya, ia bertemu dengan seorang kaya yang membutuhkan penjaga untuk
kebun delimanya yang sangat luas. Ibrahim pun diterima sebagai penjaga kebun,
tanpa disadari oleh orang tersebut kalau lelaki yang dipekerjakannya adalah
Ibrahim bin Adham, ahli ibadah yang sudah lama ia kenal namanya. Ibrahim
menjalankan tugasnya dengan baik tanpa mengurangi kuantitas ibadahnya.
Satu hari, pemilik kebun minta dipetikkan buah delima.
Ibrahim melakukannya, tapi pemilik kebun malah memarahinya karena delima yang
diberikannya rasanya asam.
Di perjalanan, ia menjumpai seorang pria sedang sekarat
karena kelaparan. Buah delima tadi pun diberikannya. Sementara itu, tuannya
terus mencarinya karena belum membayar upahnya. Ketika bertemu, Ibrahim meminta
agar gajinya dipotong karena delima yang ia berikan kepada orang sekarat tadi.
"Apa engkau tidak mencuri selain itu?" tanya pemilik kebun.
"Demi Allah, jika orang itu tidak sekarat, aku akan mengembalikan buah
delimamu," tegas Ibrahim.
Setahun kemudian, pemilik kebun mendapat pekerja baru. Dia
kembali meminta dipetikkan buah delima. Tukang baru itu memberinya yang paling
manis. Pemilik kebun bercerita bahwa ia pernah memiliki tukang kebun yang
paling dusta karena mengaku tak pernah mencicipi delima, memberi buah delima
kepada orang yang kelaparan, minta dipotong upahnya untuk buah delima yang ia berikan
kepada orang kelaparan itu. "Betapa dustanya dia," kata pemilik
kebun.
Tukang kebun yang baru lantas berujar, "Demi Allah,
wahai majikanku. Akulah orang yang kelaparan itu. Dan tukang kebun yang engkau
ceritakan itu dulunya seorang raja yang lantas meninggalkan istananya karena
zuhud." Pemilik kebun pun menyesali tindakannya, "Celaka, aku telah
menyia-nyiakan kekayaan yang tak pernah aku temui."
Menjelang kedatangannya di Kota Makkah, para pemimpin dan
ulama bersama sama menunggunya. Namun tak seorang pun yang mengenali wajahnya.
Ketika kafilah yang diikutinya memasuki gerbang Kota Makkah, seorang yang
diutus menjemputnya bertanya kepada Ibrahim, "Apakah kamu mengenal Ibrahim
bin Adham, ahli ibadah yang terkenal itu?" "Untuk apa kamu menanyakan
si ahli bidah itu?" Ibrahim balik bertanya.
Mendapat jawaban yang tidak sopan seperti itu, orang
tersebut lantas memukul Ibrahim, dan menyeretnya menghadap pemimpin Makkah.
Saat diinterogasi, jawaban yang keluar dari mulutnya tetap sama, "Untuk
apa kalian menanyakan si ahli bidah itu?" Ibrahim pun disiksa karena dia
dianggap menghina seorang ulama agung. Tetapi, dalam hatinya Ibrahim bersyukur
diperlakukan demikian, ia berkata, "Wahai Ibrahim, dulu waktu berkuasa
kamu memperlakukan orang seperti ini. Sekarang, rasakanlah olehmu tangan-tangan
penguasa ini."
Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari perjalanan
seorang bekas penguasa seperti Ibrahim bin Adham, dari pengalamannya
memperbalki diri, dari kesendiriannya menebus segala kesalahan dan kelalaian,
dari keikhlasan, kezuhudan, dan ketawadhuannya yang tak ternilai.
Sumber : http://www.suaramedia.com
Demikian kisah penuh hikmah Ibrahim bin Adam dan
Pengembaraannya Mencari Allah semoga bermanfaat.
Keyword : Ibrahim bin Adam dan Pengembaraannya
Mencari Allah
No comments for "Ibrahim Bin Adam Dan Pengembaraanya Mencari Allah "
Post a Comment