Yang pro, yang kontra RSBI
-->
-->
Rini khawatir, karena tak membiasakan Bahasa Indonesia di kelas, RSBI dapat memicu lunturnya nasionalisme anak muda, kendati diakuinya banyak faktor yang bisa melunturkan nasionalisme.
Kontroversi RSBI
Salam Pendidikan !. Selamat bertemu dengan kutipan berita, sebuah blog sederhana yang menyajikan informasi terkini. Selasa pekan ini Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan keputusan tentang dihapusnya RSBI/SBI, Kontroversi RSBI pun muncul dengan opininya masing-masing, yang pro dan yang kontra RSBI dengan alasan yang berbeda-beda. Simak kutipan berikut ini.
Yang pro, yang kontra RSBI
Jakarta - Selasa pekan ini, Mahkamah
Konstitusi membuat putusan mengejutkan perihal Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dengan
membatalkan Pasal 50 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang mengatur RSBI dan SBI.
Mahkamah Konstitusi menyimpulkan pasal itu bertentangan dengan UUD 1945.
Para
hakim konstitusi membongkar sejumlah cacat filosofis dalam RSBI dan
SBI. "Ini merupakan bentuk baru liberalisasi dan dualisme pendidikan,
serta berpotensi menghilangkan jati diri bangsa dan diskriminasi," kata
Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.
Sementara
hakim konstitusi Anwar Usman menyoroti pembedaan sarana dan prasarana,
pembiayaan dan pendidikan SBI/RSBI dari sekolah lain akan mencipta
perlakuan berbeda kepada sekolah dan siswa.
"Ini
bertentangan dengan prinsip konstitusi yang harus memberikan perlakuan
yang sama antarsekolah dan antarpeserta didik apalagi sama-sama sekolah
milik pemerintah," kata Anwar.
Taraf atau tarif
Polemik baru segera muncul. Guru dan orangtua pun berbeda pandangan soal inkonstitusionalisasi RSBI ini.
"RSBI adalah terobosan dalam tingkatkan pendidikan dan perlu," kata Wakil Kepala Sekolah SMAN 12 Jakarta, Mulyanto.
Mulyanto menyayangkan kritik terhadap RSBI selalu berpusat pada sisi biaya yang memang di atas persekolahan biasa.
Dia menilai sekolah bagus tak hanya ditentukan oleh seleksi siswa, tapi juga kemampuan sama bagusnya antara guru dan siswa.
Untuk
menghadirkan kondisi ideal ini tentu memerlukan kelengkapan-kelengkapan
khusus yang berkonsekuensi biaya besar. Pada tingkat ini seharusnya
negara yang lebih berperan, bukan dikembalikan pada masyarakat.
Mulyanto
menyayangkan kesalahan dan kekeliruan praktikal RSBI membuat sistem
yang dianggapnya baik ini, harus terkorbankan. "Jangan bakar lumbungnya,
tapi perbaikilah," kata dia.
Pandangan berbeda
diutarakan Mathius Sadmoko Murti, Kepala Sekolah SMA Regina Pacis,
Jakarta, yang mengaku tidak tahu menahu RSBI.
"Hanya
saja sering ada ledekan, bukan taraf internasional tapi tarif
internasional, karena SDM-nya atau guru-guru-nya tidak khusus," kata
Mathius.
Dia sendiri tidak menyetujui RSBI.
"Kami (Regina Pacis) tidak menyelenggarakan RSBI karena belum
mengetahui persis aturannya," sambung Mathius.
Namun,
meski tidak menentang putusan inkonstitusionalisasi RSBI oleh Mahkamah
Konstitusi, Mathius menyayangkan putusan itu keluar saat tahun ajaran
tengah berjalan dan ini memperpelik masa depan kerjasama yang telah
dilakukan sekolah dengan pihak lain.
"Kasihan orangtua dan guru. Pihak sekolah dan pihak orangtua," kata Mathius.
Bahasa asing
Pandangan
orangtua juga terbelah. Ada yang sejalan dengan pandangan Mahkamah
Konstitusi. Ada pula yang menilai positif RSBI di tengah menurunnya
kualitas pendidikan nasional dalam beberapa masa terakhir.
"Buat
apa sih negara bikin RSBI? Itu kan akhirnya cuma memicu kesenjangan
sosial, yang punya duit bisa tambah pinter, tapi yang nggak punya duit,
ya dapat seadanya," kata Nastiti Wulandari, ibu rumah tangga berdomisili
di daerah Tebet, Jakarta Selatan.
Nastiti menilai sekolah milik negara di Indonesia belum bisa menggunakan konsep RSBI.
Sementara Rini Abed, bertempat tinggal di Bintaro, Jakarta Selatan, mempertanyakan konsep internasional dalam RSBI.
"Kalau
konsep internasionalnya berupa guru asing, Bahasa Inggris sebagai
pengantar, dan ujian tambahan di akhir tahun ajaran, yaa itu masih perlu
ditinjau ulang," kata Rini.
Rini khawatir, karena tak membiasakan Bahasa Indonesia di kelas, RSBI dapat memicu lunturnya nasionalisme anak muda, kendati diakuinya banyak faktor yang bisa melunturkan nasionalisme.
Bahkan pakar
sosiolinguistik Prof Fathur Rokhman menyebut kecondongan RSBI
menggunakan Bahasa Inggris telah membuat Bahasa Indonesia kalah gengsi.
"Memang
tidak semua. Namun, lihat saja papan nama untuk ruang-ruang di sekolah
RSBI. Banyak yang memakai istilah Bahasa Inggris, misalnya library (untuk perpustakaan)," katanya di Semarang, Rabu.
Tetapi, Reshma, ibu artis cilik Nizam Hasan, menilai nasionalisme tidak hanya ditekankan di sekolah.
"Keluarga
sebagai tempat pendidikan dasar anak, punya peran penting untuk
menumbuhkan nasionalisme anak. Pendidikan boleh luar negeri, tapi kita
orang Indonesia, seharusnya diajari budaya Indonesia," kata Reshma.
Namun,
berbeda dari Nastiti, Reshma menganggap Indonesia memerlukan RSBI.
"Kita semua tahu pendidikan (taraf) internasional memang lebih bagus,"
kata dia.
Tuntutan tinggi
Sebaliknya,
Anjelika Wijaya, ibu tiga anak, menganggap membuat pandai bangsa tak
perlu dengan menghadirkan sekolah taraf internasional.
"Kalau
anak belajar di sekolah bertaraf internasional, apa bisa dibilang
pandai? Banyak anak stres karena tekanan sekolah. Kurikulumlah yang
harus diperbaiki," tegas Anjelika.
Anjelika mencontohkan anak bungsunya yang kini duduk di kelas lima SD yang kewalahan oleh bertumpuknya tugas sekolah.
Dia
iba pada anak sekolah sekarang yang kehilangan waktu bermain dan
bercengkerama dengan orang-orang tercintanya, karena banyaknya tuntutan
sekolah.
"Kurikulumnya juga masih berantakan.
Kalaupun dicampur kurikulum asing, bayangkan beban siswanya yang semakin
tidak punya waktu bermain, dan orang tuanya harus membayar ekstra untuk
pendidikan yang mahal itu," keluh Anjelika.
Mereka
patut didengar, karena pendidikan, bukan melulu soal prestasi, apalagi
prestise dan modal, sebaliknya menyangkut juga jati diri dan pembangunan
karakter.
Sejauh ini, pemerintah sendiri sigap
menindaklanjuti "koreksi konstitusional" dari Mahkamah Konstitusi ini.
"Apapun putusan itu, kami akan menghargai, dan tetap menjalankannya,"
kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh.
Namun
Nuh mengingatkan siswa-siswa berprestasi sudah sewajarnya ditangani
secara khusus, demi membuat mereka bisa terus berkembang.
Kini
semua menanti langkah pemerintah berikutnya, tentunya yang sungguh
menjawab kekurangan filosofis seperti diutarakan Mahkamah Konstitusi,
dan tidak memoles produk lama menjadi seolah-olah baru.
"Jangan
membangkitkan kembali roh RSBI dengan nama lain," kata Sekretaris
Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Retno Listyarti.
Sumber : Antara
Kontroversi RSBI haruslah dijadikan semangat untuk memperbaiki sistim pendidikan yang ada, jangan sampai yang pro dan yang kontra RSBI lupa dengan niat awal demi mutu pendidikan yang lebih baik. Palu telah diketuk keputusan yang ada harus dihargai dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Semoga bermanfaat.
Keywords : Kontroversi RSBI, Yang Pro dan Yang Kontra RSBI
Sumber : Antara
Kontroversi RSBI haruslah dijadikan semangat untuk memperbaiki sistim pendidikan yang ada, jangan sampai yang pro dan yang kontra RSBI lupa dengan niat awal demi mutu pendidikan yang lebih baik. Palu telah diketuk keputusan yang ada harus dihargai dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Semoga bermanfaat.
Keywords : Kontroversi RSBI, Yang Pro dan Yang Kontra RSBI
No comments for "Yang pro, yang kontra RSBI"
Post a Comment