Menjadi Minoritas
-->
-->
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat bertemu dengan kutipan berita, sebuah blog sederhana yang menyajikan informasi dan pengetahuan. Pada kesempatan yang baik ini akan berbagi hikmah terkait "Menjadi Minoritas". Kita pasti bertanya-tanya kenapa Menjadi Minoritas?. Temukan jawabnya pada kutipan berikut ini.
Menjadi Minoritas
Oleh Ustaz Samson Rahman
Imam
Ahmad bin Hanbal, dalam bukunya Az-Zuhud, meriwayatkan bahwa suatu
hari, Khalifah Umar bin Khattab berjalan di sebuah pasar. Saat melintas,
dia mendengar seorang laki-laki sedang berdoa.
Dalam pandangan
Umar, orang itu berdoa dengan aneh dan tak biasa. Orang itu berdoa, “Ya
Allah, jadikanlah aku termasuk golongan orang yang sedikit.”
Merasa
aneh dengan cara berdoa orang itu, Umar mendatanginya seraya bertanya,
“Wahai hamba Allah, siapa yang engkau maksud dengan golongan orang yang
sedikit itu? Dan, dari mana engkau mendapatkan doa yang demikian itu?”
Lelaki
itu menjawab, “Aku mendengar Allah berfirman, ‘Dan, tidaklah beriman
bersamanya (Nuh), kecuali sedikit.’ (QS Hud [11]: 40). Kemudian pada
ayat lain, aku mendengar Allah berfirman, ‘Dan, hanya sedikit dari
hamba-hamba-Ku yang bersyukur.’” (QS Saba [34]: 13). Mendengar jawaban
cerdas dari lelaki itu, Umar berkata, “Setiap orang lebih faqih (ahli) daripada Umar.”
Banyak
di antara kita pada zaman ini selalu larut dan hanyut dalam logika
mayoritas. Kita merasa asing jika melakukan sesuatu yang mungkin
dianggap melawan arus, melawan mainstream.
Kita merasa
asing dan terkucilkan jika masih bertahan dengan idealisme kita,
cita-cita luhur kita. Kita merasa tidak nyaman jika harus berbeda dengan
orang-orang sekitar yang larut dan terbenam dalam kesalahan kolektif
yang dilegalkan, korupsi kolektif kolegial, korupsi berjamaah.
Bahkan,
untuk menyatakan kebenaran yang mungkin selama ini kita yakini, lidah
kita menjadi kelu. Kerongkongan menjadi tersumbat. Karena, kita khawatir
dan tidak ingin dicap melawan arus besar yang sedang menggusur secara
masif pilar-pilar idealisme yang telah kita bangun.
Kita menjadi
bisu dan tuli tatkala ada kejanggalan yang disaksikan di depan mata.
Kepekaan sosial, budaya, dan politik kita menjadi tumpul dan lumpuh
karena kita mengidap penyakit promayoritas. Padahal, kelompok mayoritas
itu sedang berada dalam pusaran kezaliman.
Anehnya, kita juga tak
lagi gusar melihat kemungkaran dipamerkan di depan mata. Mereka begitu
pongah dan sombongnya mempertontonkan segala macam bentuk kemaksiatan.
Lelaki
dalam kisah di atas mengajarkan pada kita bahwa kegigihan untuk
bertahan di tengah arus besar pandangan dan sikap manusia itu bukanlah
suatu hal yang mudah. Butuh akar iman yang menghunjam dan energi Islam
yang kuat agar kita bisa melawan arus besar yang tidak sesuai dengan
norma dan ajaran Islam itu.
Dan, perlu kita sadari bahwa orang
yang siap untuk melakukan demikian itu sangatlah sedikit. Maka, tak ada
salahnya apabila kita berdoa dengan cara yang sama seperti laki-laki
itu. “Allahumma ij’alni min ‘ibadika al-qaliil. (Ya Allah, jadikanlah
aku bagian dari hamba-hamba-Mu yang sedikit).” Amin.
Wallahu a’lam bis shawab.
Sumber : http://www.republika.co.id
Semoga kutipan di atas terkait "Menjadi Minoritas" dapat bermanfaat dan menjadi telaah bersama untuk hidup yang lebih baik.
Keyword : Menjadi Monoritas
No comments for "Menjadi Minoritas"
Post a Comment